I Follow Yang Ku Mau

twitter

Malam kemarin, ada salah satu akun di timeline saya menuliskan pertanyaan yang mungkin gak benar – benar ditujukan kepada followernya. Saya yakin sesungguhnya pemilik akun tersebut juga ikut memikirkan jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan sendiri.

Dan saya pun sedikit tergelitik untuk menjawabnya.

 

mengapa artis lebih banyak followernya dibandingkan tokoh2 terkemuka lainnya?

hm kenapa coba kira2? saya sih jadi balikin pertanyaan kepada si penanya. Mengapa kira2 tokoh – tokoh terkemuka itu dinilai lebih pantas untuk dapet follower lebih banyak? Dan jawabanya adalah agar ide yang diutarakan si tokoh yang mungkin saja mempengaruhi kebijakan tempat dimana ia menjabat bisa lebih tersosialisasikan.

Hm, saya pikir sih pasti itu cuma pertanyaan selewat. Tapi kalo mau dipikirin labih lanjut sih ya, banyak hal yang perlu kita perhitungkan kalo mau liat mengapa seseorang mem-follow akun tertentu. Ini beberapa faktor yang menurut saya mungkin berperngaruh :

Continue reading

Hey Terong!

terong

yuhuuu berasa nyolok ini terong segede gambreng gini saya selipin disini 🙂

saya mau bahas apa ayoo? bahas terong? bahas kalo dulu saya gk suka dan gk pernah makan terong tapi akhirnya makan disatu hari saat saya kehabisan uang di dompet pas di kampus jd menu makan siang saya makan balado terong? bukan. Terong disini bukan terong yang akhirnya suka saya makan itu.

Terong ungu seperti di gambar cuma avatar dari sebuah akun di twitter yang dikenal ama 2000-an followersnya dengan nama @Roysayur *jiah nulis namanya aja dada berdegup :p

Jadi begini, beberapa waktu lalu di twitterland banyak banget muncul akun – akun yang saya fikir pastilan plesetan atau parodi dari nama2 tertentu Kalo liat dari retweet temen2 sih ada yang lucu, ada yang kadang sarkas dan sebagainya. Saya sendiri pilih untuk tidak memfollow semuanya, terutama akun yang terlalu vokal “menyerang” atau nyinyir berlebihan terhadap pemilik nama yang asli.

Nah disanalah saya bertemu terong ungu unyu ini. Saya follow..why? hmm yayaya karena saya pun emang bukan pendukung nama2 Roy yang saat rapat suka teriak2 huuuuu…huuuuuu… itu. Jadi tanpa pertimbangan panjang lebar saya follow.

Continue reading

It’s Me – Kisah Nyata Penyandang Mutisme Elektif

 

it's me

 

Yuyun Yuliani tentang hidupnya di buku ini. Saat saya menulis review ini saya baru ngeh kalo profil penulis yang biasanya ada di belakang buku ternyata tidak ada. Gak apa2 , saya gak akan paksa penulis untuk tampil jika itu membuat anda nyaman 🙂

Penulis sejak awal merasa ia berbeda dengan yang lain. Sebagai salah satu anak di sekolah ia merasa canggung ketika harus bercakap – cakap dengan teman lainnya. Belum lagi ketika setelah ia bersusah payah menyapa orang lain, reaksi yang ia dapatkan sering tak sesuai yang ia bayangkan. Sepertinya orang lain kerap salah menginterpretasikan kata – katanya.

Saya selanjutnya sebut tokoh dengan Y aja ya 🙂

Y merasa ia sudah berusaha namun selalu ada saja yang keliru. Ia sering menganggap dialah yang salah. Y bermaksud lain, namun orang lain menanggapinya dengan salah. Ia merasa ialah yang tidak memiliki kemampuan berbicara yang cakap. Kegagalan – kegagalan berkomunikasi itu diperparah dengan keengganan Y untuk meluruskan segala sesuatu yang berjalan salah karena ia berfikir penjelasannya bisa semakin memperkeruh sesuatu yang salah.

Y adalah seorang anak yang seharusnya tampak biasa dan normal. Namun dibalik penampakan itu Y merasa dirinya berbeda. Ia terkadang iri melihat bagaimana teman yang lain begitu supel, ceria, mudah berbaur, bisa begitu lepas berbincang dan mudah akrab satu sama lain. Y merasa ia tidak seperti itu. Ia canggung, merasa kikuk ketika berada di keramaian. Ia sering merasa bingung bagaimana ia harus membawakan dirinya ketika berinteraksi dengan orang lain.

Continue reading

Mutisme Elektif

silent

Dari sebuah buku yang saya beli kemarin lusa, saya membaca istilah Mutisme Elektif.

Selective Mutism adalah gangguan berkomunikasi dimana seseorang yang dalam hal ini lebih banyak anak – anak mampu, namun memilih tidak berbicara pada situasi – situasi tertentu ataupun orang – orang tertentu

Saya pun membeli buku itu karena isinya memaparkan kisah nyata penulisnya. Bukunya sendiri tidak terlampau tebal dan berat, pemaparannya pun saya lihat mudah saya fahami.

Setelah selesai membaca buku tersebut saya mencari lebih banyak tentang apa itu Mutisme Elektif. Semua ini karena semata keingintahuan saya akan istilah psikologi ini. Saya akan bagi apa yang saya dapat dari pencarian saya, tentu saja bukan sebagai acuan resmi bagi yang membacanya mengingat bisa jadi kefahaman saya tidak sempurna. Hal mendetail dan terinci mungkin lebih baik dicari tau kepada ahlinya.

Entah mana yang lebih tepat menyebutnya Selective Mutism atau Elective Mutism, yang jelas seseorang yang menyandangnya memiliki kesulitan berbicara pada waktu – waktu tertentu atau orang – orang tertentu. Bukan gangguan komunikasi seperti gagap atau bisu, bukan pula autisme. Mutisme Elektif lebih bersifat ketidakmampuan berkomunikasi yang disebabkan situasi sosial. penyandangnya bisa jadi amat diam di sekolah namun di lingkungan lain seperti rumah ia berkomunikasi secara wajar.

Continue reading

Pak Supir, ngomongnya dijaga atuh…

supir angkot

Sore tadi sepulang dari kampus, saya menaiki angkot yang pengemudinya kurang simpatik. Saya udah kepalang stop dia sih waktu di lampu merah perempatan mc.D Lodaya. Pas mau naik saya agak – agak inget kalo supir ini agak menyebalkan. Sepertinya saya pernah naik diwaktu lalu dan gk suka ama gayanya. Ah tapi biarlah, saya fikir cuma dalam jarak dekat dan gk di jalanan besar mudah2an gk ada kejadian gk enak.

Mobil angkutan yang saya naiki ini berbelok dari jalan pajajaran ke arah jalan taman kencana dari putaran lampu merah RRI. Di jalanan yang bukan jalan besar dimana kita berbagi jalan dengan tamu hotel dan restoran, pak supir ini kesal jalannya terhambat oleh mobil mewah bernomor polisi jakarta. Ia berusaha mengambil jalur kanan namun akhirnya terhenti dan mundur karena ada kendaraan berlawanan arah. Ia pun berteriak “TOL*L!!!” dengan keras ama si pengemudi mobil tadi yang saya yakin dia sendiri tidak mendengarnya.

Duh bener kan perasaan saya, supir ini tidak menyenangkan. Saya terus perhatikan matanya dari spion yang berada di dalam. Kosong, saya kok gak melihat sesuatu disana ya selain tatapan uang dan keuntungan. Karena lebar jalan yang terbatas, angkot ini terus jalan perkalan dibalik mobil mewah tadi. Di ujung jalan mendekati taman kencana bogor ia menyalip dengan kasar dan menyebrang jalan.

Continue reading

Mencari Jawaban Untuk Sepotong Rindu

mendamba

suka banget ama kata2 di sinopsisnya, gambarin suasana hati pembelinya *senyum tipis 🙂

 

Sinopsis Novel Mendamba :

Ada persoalan yang belum tuntas di antara kita. Bukan, bukan dendam. Hanya tanda tanya besar mengapa kau meninggalkanku di saat aku paling membutuhkanmu. Aku marah, kesal dan kecewa. Namun, semua itu tertutupi hangat cinta yang masih menyala – nyala dalam hatiku.

Setiap malam aku berdoa, suatu saat bisa mendengar suaramu lagi. Aku mendongakkan kepala ke langit, berharap kau melihat rembulan yang sama denganku. Kemudian aku menutup mata, takut waktu membuatku keburu melupakan raut wajahmu.

Sebut aku sentimentil, tapi aku sungguh merindukanmu.

Apa kau juga begitu?

—————————————————————-

penulis ternyata adik sealmamater saya di kampus. beda 6 tahun

Password oh Password ….

password oh password

Password adalah semacam sandi atau kunci rahasia yang biasa digunakan oleh kita – kita saat mengakses sesuatu yang memerlukan password sebagai alat verifikasi bahwa kita lah orang yang berhak mengakses sesuatu yang dijaga keamanannya.

Password bagi kita yang biasa wara – wiri di dunia maya, para pengguna internet tentu saja bukan hal yang asing. Berapa banyak akun yang kita buat yang memerlukan password sebagai syarat saat akan mengakses. Sebutlah email, akun blog, facebook, twitter, bahkan keanggotaan kita di forum2 dunia maya. Berapa banyak akun yang kita miliki, berapa banyak kombinasi password yang kita miliki, maka sebanyak itulah yang kita perlu ingat.

Bukan hanya akun – akun di dunia maya aja sih yang memerlukan password. Ada pula sebagian orang yang memprotek penggunaan ponselnya dengan password, belum lagi PIN dari kartu – kartu bank yang kita gunakan, dan jangan lupa bahkan sandi untuk kunci2 loker. wah banyaklah dimana kita perlu menyediakan password yang harus kita kombinasikan juga kita ingat agar “dunia” ini kita anggap aman dan gk ada orang yang menerobos akses masuk ke area yang kita lindungi.

Password yang saya pakai mungkin tidak sebanyak pengguna dunia maya yang memiliki akun2 bejibun. Dari sebegitu banyak gak jarang kita pun mendadak lupa dengan password yang kita miliki. Bayangin berapa macam kombinasi password yang harus kita ingat, sedangkan untuk menyamakan password untuk seluruh akun yang kita punya pun konon bukan hal yang bijak. Belum lagi ada saran untuk mengganti password secara berkala agar terus aman. Ujung2nya jadi banyak lupa.

Continue reading

Slow Motion dong aaah

ini aku

Hal yang mau saya ceritain pagi ini sebenernya udah lama dan cukup sering saya pikirin. Entah ini pemikiran yang salah atau bukan, namun jika muncul pada waktu2 tertentu rasanya wajar aja.

Sekali waktu saya terpikir kok ya rasanya saya berharap saya sedikit bisa melakukan atau beraktivitas dengan pelan dan lemah gemulai :). Bukan perkara bahwa saya gesit atau cekatan, karena toh dalam beberapa hal saya pun tidak secepat orang lain dalam melakukannya.

Begini deh saya kasih contoh agar lebih faham yang saya maksud. Misalnya ketika saya bersiap akan pergi keluar rumah, saya akan melakukan segala persiapan dengan secepat kilat. mandi, pakai baju, taburin bedak tipis ala instan dan brak bruk memasukan segala barang yang saya perlu ke dalam tas dengan terburu – buru.

Akibat dari kebiasaan ingin cepat seperti itu, saya sering sekali melewatkan hal2 yang mungkin dilakukan oleh orang2 yang lebih pelan dan santai. Misalnya, pakai lipstik. Teman saya mba Eva minggu lalu sampai bilang katanya kok beberapa bulan ini saya tidak menggunakan lipstik. Lah wong saya selalu pengen buru – buru kalo pergi keluar rumah. Nah kadang lipstik tidak saya pakai dengan alasan malah bikin lama, atau di jalan pun toh bisa pakai. Lebih parah lagi perasaan gak pakai pun kok ya gak apa2 🙂

Perasaan selalu ingin terburu – buru seperti itu sebenarnya tidak merugikan juga sih, toh jadi orang yang lelet pun rasanya gak menyenangkan. Tapi belakangan saya rindu kembali jadi orang yang melakukan apapun dengan santai, seksama dan rapih. Percaya atau tidak percaya, dulu saya kuliah masuk jam 8 pagi setiap pagi rambut panjang ini saya cuci lalu saya blow sendiri. Saat mulai agak “ganjen” pun saya suka pake maskara dan sedikit sapuan blush on. Sekarang mana pernah? perasaan pakai bedak pun terasa buru.

Saya kadang miris melihat isi tas saya. Barangnya banyak dan gak karuan isinya. Sesekali sih saya rapihkan hingga tampak rapi dan mudah saat mencari sesuatu. Namun ya itu, saat pergi dari rumah semua barang dimasukan dengan secepat kilat, saat di  luar rumah pun saya merapihkan barang – barang saya dengan amat cepat, yang ujungnya TIDAK RAPIH.

Continue reading

Lelaki Pantai Emas – 9

pantai emas

Aku bangun siang sekali hari ini. Semalam aku terlalu larut tiba di rumah. Sambil membersihkan tubuhku aku bersenandung kecil. Hal yang cukup lama tidak kulakukan.

Aku sedang menghabiskan sarapanku di atas meja makan ketika pengantar majalah menekan bel dan meletakkan majalah di kotak surat tepat di atas pintu masuk.

Aku kembali ke tempat tidurku, tak sedikitpun majalah itu aku sentuh. Rasanya tubuhku lemas dan letih. Sedikit tidak terasa nyaman bangun pagi ini. Mungkinkah ini semua karena pulang larut semalam? Yang ku tahu hanyalah aku ingin kembali terlelap.

Laki – laki itu, bayangannya mengganggu pagiku. Aku mencoba kembali mengingat kejadian semalam. Apa yang ada dipikiranku sehingga aku begitu saja memeluknya. Bahkan saat ini aku tak mampu mengatakan hal itu layak atau justru memalukan diriku sendiri. Siapa dia, tau namanya pun tidak. Siapa laki – laki itu, bicara dengannya pun aku belum pernah. Mengapa hanya dengan melihat punggung laki – laki itu aku merasa berhak memeluknya? Mengapa aku biarkan ia bersandar kemarin malam? Pikiran – pikiran ini membuatku semakin letih.

Aku berguling di atas tempat tidurku. Meraih remote TV mencari sesuatu yang bisa mengalihkan pikiranku. Tidak ada satupun yang ku temukan menarik disana. Aku pun berusaha kembali terlelap.

Continue reading

Lelaki Pantai Emas – 8

pantai emas

Pantai sore telah meninggalkan kami beberapa waktu lalu. Berganti pantai gelap dengan cahaya temaram dari lampu jalanan. Lampu – lampu dari pemukiman di kiri dan kanan pantai menjadi pemandangan kami dari kegelapan.

Angin menerpa pipiku, berputar dan meliuk tepat diujung hidung. Apa angin mampu mendengar apa yang aku ucapkan dalam hati, mereka tak nampak beranjak sepertinya mendengarkanku dengan seksama.

Apa yang aku lakukan disini, dengan kedua tangan memeluk laki – laki ini. Sudah waktuku untuk pulang, namun aku tak tega untuk melepaskan dekapan ini. Ok, jujur aku pun memang tak ingin melepaskannya. Laki – laki yang tadi tidur dengan wajahnya yang sedih kini tampak begitu tenang.  oh wajah tenangnya menenangkan jiwaku. Bagaimana mungkin aku melepaskan dekapan dan mengganggu tidurmu? Dan aku pun semakin merapatkan pelukan, seakan tak rela sedikit pun angin menjamah laki – laki yang bahkan aku pun tak tau siapa namanya.

Malam kian larut, cahaya – cahaya lampu dari kejauhan mulai tak nampak di mataku. Semua cahaya itu memudar, tak seberapa lama gelap telah menelan seluruhnya. Dan aku pun melupakan waktu.

Mataku amat rapat, ingin aku membukanya namun terasa berat. Aku bertanya pada diriku sendiri, aku dimana?. Seingatku seharusnya aku sedang memeluk laki – laki itu di sisi pantai. Menjaganya yang terlelap. Namun mengapa aku yang kini terpejam? Tangan siapa ini yang mendekapku, dekapannya kuat sekali. Ya Tuhan, mungkinkah aku tertidur dan lelaki itu yang kini memelukku? Aku ingin bangun, tapi aku tak tau bagaimana caranya.

Continue reading