Busan adalah salah satu kota terbesar di Korea Selatan setelah Seoul. Memiliki alam perpaduan gunung dan laut menjadikan Busan salah satu kota pelabuhan yang sibuk sekaligus kota tujuan pariwisata Korea. Dengan menggunakan kereta cepat, dibutuhkan 2 jam aja menjangkau kota Busan dari Seoul. Salah satu pantainya yang terkenal, yaitu pantai Haendaeu pernah dijadikan judul film korea tentang bencana alam tsunami.
Liat trailernya dilayar bioskop beberapa waktu lalu ketika pergi nonton dengan seseorang, film Train To Busan masuk ke waiting list film yang ingin dan akan ditonton. Meski belum pernah nonton film korea langsung di bioskop, liat Gong Yoo yang jadi masalah pemeran utamanya cukup dijadikan motivasi dan dorongan untuk nonton.
Gong Yoo si lesung pipi yang gemesin di drama Coffee Prince di film ini berperan sebagai Seok Woo seorang fund manager yang sibuk bekerja dan jarang menyisihkan waktu untuk putri semata wayangnya Soon Ah yang diasuh sang nenek setelah Seok Woo berpisah dengan sang istri. Suatu hari Soon Ah bersikeras ingin mengunjungi sang ibu di hari ulang tahun meskipun sang ayah membujuknya pergi di hari lain saat ia tidak terlalu sibuk. Bersikeras dengan keinginannya, Seok Woo pun pergi mengantar anaknya karena tak tega anaknya pergi naik kereta cepat sendirian.
Ketika kereta cepat bersiap untuk berangkat, tanpa diketahui petugas naiklah seorang perempuan muda dalam kondisi terluka yang kemudian disadari sebagai seseorang yang terluka dan terinfeksi karena gigitan zombie. Lalu bermetamorfosa menjadi zombie itu sendiri dan mulai menginfeksi satu per satu penumpang di kereta. (jangan tanya gimana asal muasalnya ada zombie ya, serius gak ngeh)
Train To Busan film horor campur aksi yang sepanjang film menceritakan bagaimana Seok Woo mempertahankan hidup dirinya dan sang anak untuk tetap selamat sampai tiba di Busan bersama penumpang kereta lainnya. Sementara di luar dan di beberapa kota kerusuhan akibat zombie ini makin meluas, tular menular infeksi para zombie di dalam perjalanan kereta menjadi cerita tersendiri yang menarik.
Ketika sebagian bahkan nyaris semua penumpang satu per satu berubah menjadi zombie dan mulai brutal, sisi heroik Seok Woo sebagai seorang ayah mempertahankan hidup anaknya terus jadi cerita utama sepanjang film. Di sisi lain juga terangkat hubungan emosional lain sepanjang film seperti suami dan istrinya yang sedang hamil, dua nenek adik kakak yang saling menyayangi meski akhirnya tak Selamat hingga kesetiakawanan beberapa remaja dari grup pemain softball.
Silahkan penasaran siapa yang dipastikan selamat hingga akhir film. Karena sejarah mengatakan dari drama2nya, Korea paling piawai bikin ending cerita yang unpredictable bahkan sad ending. Yang jelas capek sepanjang film disuguhin zombie2 yang penuh luka dan darah mengejar para pemeran utama. Film yang pastinya digarap cukup serius mengingat banyaknya pemeran yang terlibat dan efek2 film yang bikin semua adegan terasa nyata.
Di akhir film ada yang bisa kita renungi betapa sebagai manusia yang hidup bersama orang lain, kita selalu memiliki pilihan untuk menjadi pribadi yang mengedepankan kebaikan dan kepedulian kepada orang lain atau menjadi seseorang yang hanya memikirkan diri sendiri. Ketika kita memutuskan menjadi orang yang baik dan peduli menolong orang lain, seringkali kebaikan itu kembali menjadi kebaikan orang lain yang berbalik ke kita. Meskipun ada juga yang berujung celaka ketika yang kita tolong justru orang egois yang mementingkan diri sendiri.
Di akhir film kita diajak memutuskan jika berada dalam situasi yang mirip kita akan memilih menjadi orang yang seperti apa. Apapun yang kita pilih, pastinya akan mengubah apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya.
Film ini aman untuk anak2 jika diliat dari gak adanya adegan mesra di sepanjang film. Tapi Entah luka2 dan darah para zombie serta adegan aksi yang keras apa cocok jika film ini ditonton oleh anak2.
Yang jelas gue seneng filmnya si Gong Yoo udah ke ceklis dari list. Semoga cerita zombie ini hanya ada di film *_*