Pernahkah Membayangkan sesuatu hal buruk akan terjadi? Umumnya kita pasti pernah. Pemicunya tentu beragam. Ada karena kekhawatiran yang tak berdasar, ada karena mengira-ngira keadaan lebih genting dari sebenarnya, bisa juga karena menyimpulkan dari fakta2 yang ada.
Saya suka melamunkan beberapa kejadian baik itu menyenangkan maupun kurang menyenangkan akibat kekhawatiran saya. Kita ambil contoh satu lamunan saya ya.
Saya pernah melamunkan bertemu dengan dokter bapak saya di lift. Entah kenapa membayangkan sekali bertemu disana. Sebagai dokter spesialis rasanya saya akan lebih mudah menemuinya di ruang praktik maupun di sela-sela kunjungan di ruang pasien.
Tidak sampai seminggu loh, mendadak paman saya masuk RS dan siang itu saat saya menanti pintu lift RS terbuka untuk turun ke lantai 1 dokter yang dimaksud ada di belakang saya dan kami pun satu lift.
Satu atau dua tahun lalu saya pernah membayangkan menjemput seseorang dan naik KRL bersama juga menonton ke bioskop di kota saya. Membayangkan kejadiannya beberapa kali dan pada akhirnya kejadian juga setelah terbayang lama.
Bayangan buruk juga mungkin pernah. Intinya saya sesekali merasa apa yang saya lamunkan dan angankan kemudian menjelma menjadi nyata. Tidak sama, namun menyerupai. Lamunan bagus biasanya berasal dari keinginan diri, lamunan jelek seringkali dari kekhawatiran hati.
Pengalaman melamunkan sesuatu lalu kemudian mengalaminya secara nyata membuat saya hati2 ketika melamunkan hal2 buruk. Saya pernah menangkis pikiran buruk ketika merawat bapak sakit. Saya menyibukan diri, kurang tidur, bekerja dan memikirkan hal2 yang perlu saja. Tak ingin membayangkan kematian. Siapa memang yang akan mati? Kalau dibayangkan bisa2 jadi kenyataan.
Sampai satu hari di jendela RS lamunan buruk itu datang. Saya mencoba menangkisnya. Berdiri di balik jendela RS menemani paman saya sementara bapak saya di rumah. Perasaan saat itu saya share juga di twitter kalo tak salah. Apa saya tulis di blog ya? Entahlah. Yang jelas lamunan buruk yang selama ini tak saya hiraukan menari-nari paksa sulit saya tangkis. Dan lusa setelah lamunan itu benar saja, bapak saya tiada.
Saya pernah melamunkan hal buruk terjadi pada kesehatan saya. Sering saya tepis. Khawatir sering2 dilamunkan malah mengundang kenyataan. Pagi ini lamunan buruk itu melompat-lompat dalam benak saya kembali. Amat kuat. Saya sudah menghalaunya beberapa kali namun belum juga tenang dan tak memikirkannya. Ngeri membayangkannya terjadi.
Seharusnya setitik kekhawatiran itu dihadapi dengan mencari tau kepastiannya dan dihilangkan dengan langkah kongkrit. Bukan dilamunkan. Tapi pagi ini saya nyata-nyata takut. Takut lamunan kali ini sungguh terjadi dan menjadi nyata. Naudzubillahi min dzalik.
Sebaiknya saya berhenti melamunkan yang tidak-tidak. Ini hanya akan mengundang rasa takut lain berdatangan. Atau yang terburuk malah mengundang kenyataan.
Semoga saya selalu sehat di masa-masa mendatang