Siang tadi di sebuah warung soto saya melihat seorang laki-laki kacamata berjaket hitam duduk dipelataran warung ditemani segelas kopi hitam. Dari mulutnya keluar kepulan – kepulan asap rokok yang ia hisap. Sesekali ia bersandar, sesekali condong memperhatikan HPnya. Dari tempat saya berdiri terdengar HP laki-laki itu memutar instrumetal dari lagu “Love Story” berulang – ulang. Sesekali ia menerawang, seakan tak peduli puluhan kendaraan yang terparkir di depannya, tak memperdulikan hilir mudik kendaraan. Hanya melamun dan menikmati alunan Love Story.
Saya tersenyum dan berkomentar, galau kok siang – siang ya…
Belakangan ini marak sekali istilah galau, baik di dunia maya maupun dalam percakapan sehari – hari. Ketika seorang kawan bertanya kepada saya apa sih galau itu saya juga bingung mendefinisikannya, apalagi mencari padanan katanya.
Galau itu apa ya? semacam gundah gulana ya barangkali. padahal perasaan menggalau itu bukan perasaan baru. Sejak zaman lampau rasanya saya pernah mengalami dan sering merasakan, dan pastinya juga yang lain. Tapi berhubung kala itu kata galau tidak populer, ya tidak disebut galau.
Kalo menggunakan definisi saya, galau itu kondisi dimana perasaan kita tak menentu. Seringnya adalah tak menentu karena sesuatu yang samar atau sulit di definisikan. semacam uring2an yang tak tau pemicunya, namun bukan jadi cerewet marah2 tetapi menyendu, melamun, menikmati pedih hati dalam2, meresapi rindu diam2, mengangankan keberadaan seseorang yang tak terucapkan,dsb.