Luapan Ciliwung Dalam Ingatan

image

Tadi pagi di teras rumah tetangga yang lewat mengabari kalo ciliwung meluap. Memang sejak dinihari Kota Bogor diguyur hujan deras. Rupanya itu membuat air ciliwung meluap tajam. Ini pertanda hujan merata semalam tadi baik di Kota Bogor maupun di hulu sana.

Sambil berangkat menuju kampus saya coba-coba ke menuju jembatan yang biasa saya lalui. Rencana lainnya adalah berputar arah jika memang tidak bisa dilalui. Lumayan gede juga sih luapan hujan semalam ini. Air sungai coklat yang bergolak-golak dan laju air yang kencang seperti liat air bah aja.

image

Kalo hujan gak brenti dan air semakin tinggi rasanya sulit mengatakan Jakarta gak banjir ya. Karena gak setinggi ini pun luapannya pasti aja ada kabar Jakarta banjir di beberapa titik. Liat kan air yang biasanya warna hijau tenang jauh di bawah jembatan nyaris melewati jembatan. Saya fikir masih ada kesempatan untuk melewatinya dengan jalan kaki tadi. Walau takut dan ngeri liat air yah nekat aja dikit. Toh akan lebih lama jika berputar mencari jalan lain.

Luapan ciliwung yang besar yang saya ingat sebelum ini sebenarnya ada 2. Yang pertama saya nyaris lupa tahunnya. Mungkin 2004 atau 2005. Seharian itu hujan deras dan saat sedang di suatu mall di jl.merdeka mamah nelp tanya saya dimana. Ternyata ciliwung meluap hingga mencapai jembatan satu duit di warung jambu. Rumah di sisi jembatan situ habis direndam air ciliwung. Jembatan ditutup dan kendaraan menuju jl. A. Yani (rumah saya) ditutup.

Saya pun buru-buru pulang, sesampainya di rumah saya berjalan kaki menyusul mamah saya yang udah duluan melihat banjir menutupi jembatan yang dilalui banyak mobil itu. Yang menonton banyak sekali. Entah gimana kabarnya Jakarta hari itu.

Kedua yang saya ingat sekitar tahun 2010 lalu, kala ponakan saya masih dalam kandungan. hujan besar terus menerus membuat ciliwung meluap selepas magrib. Saya di telepon bapak saya yang saat itu masih hidup. Katanya ciliwung meluap sampai lewatin 1 rumah dari jembatan di komplek. Jembatan komplek gak bisa dilalui, jembatan satu duit jambu dua pun di tutup.

Wah saya saat itu lagi antri di kasir Giant Botani Square dengan mamah dan teteh saya yang hamil. Mikir keras gimana pulang. Ternyata mutar kemana pun saya tetap akan melewati ciliwung. Jembatan komplek jelas tertutup air, jembatan di jambu dua pun ditutup. Bahkan area parkiran jambu 2 kebanjiran. Motor tenggelam di genangan air yang keluar lewat gorong2 air muntahan sungai. Malam itu banjir ciliwung yang terburuk.

Saya naik taksi berpikir mau lewat mana. Akhirnya memutuskan lewat jembatan sempur dengan perhitungan jembatannya jauh lebih kokoh dan lebih tinggi. Jalanan macet, gelap dan merayap. Saya gak bisa liat situasi sungai, cuma berharap taksi yang kami tumpangi segera melewati jembatan sempur. Berdoa sepanjang di atas jembatan. Dan akhirnya kami berhasil melintas juga. Kebayang kalo pas macet gk gerak taksi kami ada di jembatan. Bukan apa2, saya bawa kakak yang hamil dan belanjaan bulanan yang cukup banyak.

Taksi kami hentikan di ujung kampung yang bukan pelintasaan jalan yang biasa kami lalui. Pulang dengan celingukan menuju rumah. Beberapa rumah tetangga kami memang rumah2 di bantaran ciliwung. Tetangga lagi heboh mengawasi air dan membantu rumah2 yang dapurnya terhempas air. Malam itu sepertinya luapan ciliwung terbesar selama saya mengalami.

Hari ini kejadian lagi walau gak lebih buruk. Beruntung kemudian ketinggian air menurun dan jembatan Satu Duit yang diawasi polisi lama-lama tidak mengkhawatirkan. Semoga musim hujan ini gak makin bikin ciliwung meluap. Kasian yang kena banjir, kasian yang rumahnya terhantam air, kasian yang mungkin untuk hidup sehari-hari aja sulit kemudian tertimpa kemalangan lain.

Saya berdoa, hujan-hujan ini hanya membawa berkah dan Allah menjaga kita dan saudara2 kita di tempat lain dari musibah. Turut berduka cita bagi korban yang terkena longsor di hulu sana. Semoga Allah memberikan tempat terbaik untuk kembali. Amin

Leave a comment